Karakter Konsumen di Indonesia (part 2)

Berikut ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya, dengan mengenal karakter konsumen akan semakin membuat Anda bisa menciptakan strategi-strategi yang efisien.

Karakter #4:GAGAP TEKNOLOGI.

Rendahnya penetrasi teknologi tinggi di indonesia menunjukkan bahwa mayoritas konsumen kita relatif masih “gaptek” sehingga adopsi terhadap suatu teknologi relatif jauh lebih lambat.

Hal ini tampak dalam survei Frontier tentang alasan konsumen tidak menggunakan mobile banking, 32,66% mengatakan tidak tahu mengoperasikannya dan 16,75 menganggapnya tidak aman.begitu juga dengan penetrasi penggunaan internet,baru menyentuh angka 9,0% bandingkan dengan malaysia yang penetrasinya sudah 47,8%.

Rendahnya tingkat penetrasi produk teknologi tinggi ini berhubungan erat dengan dengan tingkat pendidikan masyarakat kita.  Namun, jangan pesimis dulu. Sebab, konsumen yang berusia muda kini lebih adaptif dengan teknologi baru karena dorongan arus globalisasi.

Sayangnya,daya beli mereka tidak begitu tinggi. Meskipun saat ini sudah mulai banyak yang melek teknologi, penggunaan terbesar masih didimoniasi untuk keperluan hiburan.

KARAKTER #5:ORIENTASI PADA KONTEKS.

Konsumen kita cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan begitu, konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang hal itu sendiri. Tiga ciri spesifik konsumen kita dalam menyerap informasi. Pertama, memiliki minat baca yang rendah. Kedua, memilih segala sesuatu-baik dari membaca atau menonton- yang ringan dan menghibur. Ketiga,mudah diubah persepsinya.

Dampak dari ciri tersebut terhadap perilaku komsumsi orang Indonesia dibuktikan dengan layanan informasi SMS yang didominasi layanan ring tones dan musik. Selain itu tampak pula dengan tingginya rating acara-acara infotainment. Keengganan membaca juga menyebabkan konsumen kurang memperhatikan informasi yang terdapat pada suatu produk.

Banyak produk farmasi yang mempunyai kandungan yang sama persis dan fungsi yang sama tetapi karena cara komunikasinya berbeda, akhirnya persepsi yang tercipta lain pula. sekitar 99% konsumen kita tidak mengerti kandungan obat bebas.

Karakter #6:MENYUKAI PRODUK LUAR NEGERI

Selama ini konsumen di Indonesia cenderung lebih senang dengan “merek” dan produk dari luar negeri. Banyak konsumen yang senang memakai merek yang terdengar asing, ketimbang brand lokal. Memakai brand luar negeri ada kesan wah, gengsi, pamer dan menunjukkan tingkat sosial mereka.

Sebut saja merek fashion, merek-merek bernama asing seperti yang asli Indonesia dikira adalah produk luar negeri sehingga penjualannya bisa sangat bagus. Polytron misalnya, produk asli Indonesia ini sukses dan bertahan hingga sekarang bersaing dengan merek asing, dengan menggunakan nama samaran asing. dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Namun beberapa tahun terakhir ini pemerintah merangkul the next customer atau pelanggan baru dengan berbagai kampanye cinta produk Indonesia, 100% Indonesia, dan menanamkan nasionalisme kepada pelanggan baru dengan harapan brand lokal bisa menang dinegerinya sendiri.   Ada juga program Beli Indonesia yang digagas IIBF, dengan membeli buatan lokal, perekonomian bisa berjalan dengan baik dibawah, dan juga diatas tentunya.

(bersambung)

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top