Tak kenal maka tak sayang, tak kenal maka kita tidak bisa berbuat banyak.
Dalam dunia marketing dan promosi, mengenali target market adalah hal yang wajib dilakukan. Dengan mengenali target market marketer mampu mempromosikan produknya (baik melalui brosur atau media lainnya) pada sasaran yang tepat dengan komunikasi yang tepat pula.
Berikut ini adalah karakter konsumen di Indonesia:
Karakter #1 BERPIKIR JANGKA PENDEK
Konsumen Indonesia selalu berpikir jangka pendek, sehingga gemar sekali dengan sesuatu yang Instan. Selain itu ingatan mereka juga pendek, sehingga susah menancapkan pesan marketing berjangka lama, mudah bosan, mereka senang dengan sesuatu yang baru meski hanya penampilanya.
Contoh kasus : dari sekian banyak brosur yang telah kami cetak, sangat sedikit dari mereka yang menggunakan desain yang sama. Kebanyakan mereka selalu menggunakan desain-desain yang baru, meski isinya sama persis. Dan hampir semuanya menginginkan layanan yang cepat.
Sebaliknya masih sangat susah sekali memasarkan asuransi pada sebagian besar penduduk indonesia karena konsumen cenderung enggan melakukan investasi (dalam bentuk apapun) yang hasilnya bisa dinikmati mungkin belasan tahun ke depan.
Salah satu strategi yang masih ampuh untuk konsumen berpikiran pendek adalah dengan memberikan DISKON dan hadiah langsung. Survei AC Nielsen menunjukkan 76% pembeli menyukai diskon harga dan 18% menyukai hadiah langsung.
Karakter #2 TIDAK TERENCANA
Konsumen Indonesia termasuk konsumen yang tidak terbiasa merencanakan sesuatu. Sekalipun sudah,tapi mereka akan mengambil keputusan pada saat-saat terakhir. Kebiasaan ini mirip dengan kebiasaan konsumen nomer satu. Namun jika kebiasaan pertama tidak melihat jauh ke depan, kebiasaan kedua ini tidak menyiapkan sesuatu jauh di belakang.
Contoh kasus: Banyak pelanggan yang memesan brosur pada saat akhir, selalu buru-buru sehingga hasilnya kurang maksimal. Meski demikian Brosur kilat telah siap dengan hal ini yaitu dengan menyiapkan layanan cetak super kilat, cocok untuk mereka yang buru-buru.
Mungkin rata-rata kita dulu juga mengenal SKS (sistem kebut semalam) dalam belajar atau dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Termasuk dalam mendaftar seminar sampai membayar tagihan, semua dilakukan dalam waktu yang mepet.
Salah satu bentuk perilaku konsumen yang tidak punya rencana adalah terjadinya IMPULSE BUYING (membeli tanpa rencana/spontan membeli ketika tertarik dengan sebuah produk).Berdasarkan survei Nielsen,ternyata 85% pembelanja ritel modern cenderung untuk berbelanja sesuatu yang tidak direncanakan.Strategi yang paling baik untuk karakter ini adalah dengan membuat alat promosi (display, brosur, kartunama, dll) semenarik mungkin dan strategis tempatnya atau bisa juga di bantu dengan SPG.
Karakter #3:SUKA BERKUMPUL.
Kebiasaan suka berkumpul sudah melekat dalam budaya konsumen kita, sampai adalah istilah “mangan ora mangan ngumpul” dalam masyarakat jawa. Dengan kata lain adalah bangsa yang berbondong-bondong.
Coba lihat dijalanan, macet, karena mereka ingin sampai dulu semua. Mudik? tradisi tahunan yang sangat luar biasa kompaknya? Nonton bola? selalu ramai, hingga rela memaksa masuk meski harus bertaruh nyawa. Tapi inilah karakter konsumen Indonesia.
Strategi paling efektif untuk karakter ini adalah strategi komunikasi Word of mouth, ini terbukti dari riset para pembeli rumah lewat KPR, awarenness tertinggi konsumen terhadap produk KPR bukanlah berasal dari iklan, tetapi justru datang dari teman atau relasi, tentu relasi yang puas dengan membawa brosur akan membuat tingkat konversi penjualan semakin tinggi. Oleh itu kami sealu menyarankan kepada pelanggan kami agar memberikan 3 lembar brosur/flyer/leaflet kepada pelanggan yang puas.
Promosi lewat komunitas juga menjadi salah satu pilihan yang menarik. Penjualan perdana dengan strategi harga murah, sehingga menimbulkan kerumunan masa juga sangat cocok untuk karakter konsumen Indonesia. Kesuksesan yang di raih Amanda brownies dan Kartika Sari dari Bandung juga mengandalkan strategi ini. Kata kunci dari strategi word of mouth ini adalah terletak pada opinion leader dari komunitas yang ada. Sebab jika sang pemimpin bisa diyakinkan pada sebuah merk, maka dia akan memberikan rekomendasi kepada komunitasnya.
(Bersambung)